Selasa, 28 April 2015

GIZI KLINIK DAN GIZI MASYARAKAT

Sumber Gambar: Google

Jika dilihat dari sudut pandang sifatnya, ilmu gizi dibedakan menjadi dua yaitu gizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan yang disebut sebagai gizi klinis atau gizi dietetik dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut sebagai gizi masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini pada akhirnya berkembang menjadi cabang ilmu secara masing-masing yaitu cabang ilmu gizi klinis (clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat (community nutrition).

Kedua cabang ilmu gizi dibedakan berdasarkan hakikat masalahnya. Gizi klinik berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan akibat kelebihan atau kekurangan gizi. Oleh sebab itu, sifat dari gizi klinik adalah lebih menitikberatkan pada kuratif daripada preventif dan promotifnya. Sedangkan gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu, sifat dari gizi masyarakat lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi).

Oleh karena sifat kedua keilmuan ini berbeda, maka akan menyebabkan perbedaan jenis profesi yang menangani kedua pokok masalah tersebut. Gizi klinik berurusan dengan masalah klinis pada individu yang mengalami gangguan gizi. Maka profesi kedokteranlah yang lebih tepat untuk menanganinya. Sebaliknya, gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada masyarakat, di mana masyarakat mempunyai aspek yang sangat luas maka penanganannya harus secara multisektor dan mutidisiplin. Profesi dokter saja belum cukup untuk menangani masalah gizi masyarakat.

Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja karena apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Sehingga terapi penderita gangguan gizi masyarakat tidak saja ditunjukkan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut.

Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan juga aspek yang lain seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan  atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang yang lain. Misalnya penyakit KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak balita, tidak cukup diatasi hanya dengan PMT (pemberian makanan tambahan) saja tetapi juga harus dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan tentang gizi dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar