Minggu, 28 Juli 2013

SEJARAH AWAL MULA KESEHATAN MASYARAKAT

Sumber Gambar: Google

Perkembangan kesehatan masyarakat tentu tak lepas dari awal mula keberadaannya. Berikut ini merupakan seklumit sejarah kesehatan masyarakat yang disadur dari Buku "Kesehatan Masyarakat, Ilmu & Seni" oleh Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo.

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani, yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani, Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai, meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya. Namun diceritakan bahwa ia mampu mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya juga telah melakukan banyak upaya kesehatan. Perbedaan antara Asclepius dan Higeia dalam pendekatan atau penanganan masalah kesehatan adalah sebagai berikut;
1) Asclepius melakukan pendekatan pengobatan penyakit. Ia melakukan upaya kesehatan setelah suatu penyakit terjadi pada seseorang.
2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya melalui pendekatan bagaimana 'hidup seimbang' yaitu menghindari makanan dan minuman yang beracun, makan makanan yang baik dan bergizi, istirahat dengan cukup, dan melakukan olahraga. Jika seseorang telah sakit, Higeia lebih menganjurkan untuk melakukan upaya-upaya alamiah untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Misalnya lebih baik memperkuat tubuh dengan makanan yang baik daripada melakukan pengobatan atau pembedahan.

Dari cerita mitos Yunani tentang Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul dua aliran atau pendekatan dalam menangani berbagai masalah kesehatan. Aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi lain yang melakukan pengobatan baik fisik, psikis, mental maupun sosial. Sedangkan aliran kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kelompok ini terdiri dari para petugas kesehatan masyarakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara dua kelompok profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Perbedaan pendekatan dari dua kelompok ini dapat dilihat sebagai berikut. 
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran atau pasien pada umumnya hanya sekali. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, dokter gigi, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan). Masalah-masalah kesehatan yang ditangani pada umumnya juga masalah yang menjadi masalah di masyarakat, bukan masalah kesehatan individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat atau sasaran lebih bersifat kemitraan, tidak seperti hubungan antara dokter dengan pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif. Artinya, kelompok kuratif pada umumnya hanya menunggu masalah kesehatan datang. Seperti halnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas, Rumah Sakit atau tempat praktiknya. Jika tidak ada pasien yang datang, berarti tidak ada masalah dan selesailah tugas mereka. Masalah kesehatan yang dimaksud disini yaitu penyakit. Sedangkan untuk kelompok preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif. Artinya, mereka tidak akan menunggu suatu masalah itu datang tetapi justru akan mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau tempat praktik mereka, namun harus turun ke masyarakat untuk mencari, mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di masyarakat untuk selanjutnya dilakukan suatu tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial. Padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial yang saling terkait antara satu aspek dengan aspek lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat sasaran sebagai makhluk yang utuh melalui pendekatan holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis, dan sosial. Dengan demikian pendekatan yang dilakukan oleh kelompok preventif pun tidak individual dan parsial, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar